Sejarah Dinasti Qing


Sejarah Dinasti Qing (Tiongkok)

Dinasti Qing, juga dikenal sebagai Dinasti Manchu atau Kekaisaran Qing, merupakan salah satu dari dua dinasti asing yang memerintah di Tiongkok setelah Dinasti Yuan Mongol. Dinasti ini didirikan pada tahun 1636 dan berkuasa hingga tahun 1912. Dinasti Qing didirikan oleh orang Manchuria dari klan Aisin Gioro, yang kemudian mengadopsi tata cara pemerintahan dinasti sebelumnya dan meleburkan diri ke dalam entitas Tiongkok.

Pembentukan Negara Jin dan Jatuhnya Dinasti Ming

Setelah melepaskan diri dari pengaruh Dinasti Ming yang melemah, Aisin Gioro Nurhachi memainkan peran penting dalam membentuk Negara Jin. Dinasti Ming mengalami kekacauan, terutama setelah gerombolan pemberontak yang dipimpin oleh Li Zicheng merebut ibu kota, Beijing. Dinasti Ming secara resmi berakhir, dan Li Zicheng mendirikan dinasti Shun. Namun, dengan bantuan jenderal-jenderal Dinasti Ming yang membelot, pasukan Dinasti Qing berhasil merebut kembali Beijing pada tahun 1644.

Masa Keemasan Dinasti Qing

Dinasti Qing mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kaisar Kangxi (1662-1722), Yongzheng (1723-1735), dan Qianlong (1735-1796). Di bawah pemerintahan mereka, wilayah Dinasti Qing diperluas, termasuk merebut pulau Taiwan dari pasukan loyalis Dinasti Ming pada tahun 1683.

Berikut List Raja-Raja Dinasti Qing Beserta Tahun Kepimpinannya

1. Shunzhi (1644-1661): Shunzhi adalah pendiri Dinasti Qing, naik tahta pada usia muda setelah merebut Beijing. Pemerintahannya mencakup pembentukan dasar-dasar dinasti baru dan konsolidasi kekuasaan.

2. Kangxi (1662-1722): Kaisar Kangxi, cucu Shunzhi, memerintah selama periode yang panjang dan dikenal sebagai salah satu penguasa terhebat dalam sejarah Tiongkok. Pemerintahannya mencakup ekspansi wilayah, reformasi administratif, dan promosi budaya.

3. Yongzheng (1723-1735): Yongzheng, putra Kangxi, melanjutkan kebijakan reformasi ayahnya dan berhasil mengatasi sengketa suksesi. Ia dikenal sebagai penguasa yang tegas dan efisien.

4. Qianlong (1735-1796): Kaisar Qianlong, putra Yongzheng, memerintah selama lebih dari enam dekade. Masa pemerintahannya ditandai oleh kejayaan dan ekspansi wilayah yang luas. Ia juga merupakan penganut seni dan sastra.

5. Jiaqing (1796-1820): Kaisar Jiaqing menggantikan kakeknya, Qianlong, dan memerintah selama dua dekade. Pemerintahannya diwarnai oleh masalah internal, termasuk korupsi di dalam pemerintahan.

6. Daoguang (1820-1850): Kaisar Daoguang, putra Jiaqing, memerintah pada masa di mana Tiongkok menghadapi tantangan dari bangsa Barat, terutama Perang Candu dengan Inggris.

7. Xianfeng (1850-1861): Pemerintahan Kaisar Xianfeng ditandai oleh pemberontakan besar seperti Pemberontakan Taiping dan konflik dengan kekuatan Barat.

8. Tongzhi (1862-1874): Kaisar Tongzhi naik tahta pada usia muda dan pemerintahannya lebih banyak diarahkan oleh para pejabat senior. Ia meninggal muda tanpa pewaris langsung.

9. Guangxu (1875-1908): Kaisar Guangxu memerintah pada masa reformasi Seratus Hari tahun 1898, yang dihentikan oleh kudeta Ibu Suri Cixi. Kaisar Guangxu wafat pada usia muda.

10. Xuantong (Puyi) (1908-1912): Kaisar Puyi, keponakan Guangxu, menjadi kaisar terakhir Dinasti Qing pada usia tiga tahun. Kekuasaan sebenarnya dipegang oleh para pejabat dan Ibu Suri Cixi. Dinasti Qing berakhir pada tahun 1912.

List ini memberikan gambaran tentang para pemimpin yang memimpin Dinasti Qing selama berabad-abad, menunjukkan peran penting mereka dalam pembentukan dan kejatuhan dinasti tersebut.


Kebijakan Kontroversial

Dinasti Qing terkenal dengan kebijakan kontroversialnya terhadap bangsa Han, termasuk memaksa mereka mengikuti gaya berpakaian dan gaya rambut bangsa Manchu. Gaya rambut ini dianggap penghinaan oleh bangsa Han, dan tidak mematuhinya dapat mengakibatkan hukuman penggal.

Masa Pemerintahan Kaisar Kangxi, Yongzheng, dan Qianlong

Kaisar Kangxi memerintah dengan bijaksana, berhasil mengatasi pemberontakan dan memperluas wilayah. Penerusnya, Kaisar Yongzheng, dikenal sebagai kaisar pekerja keras, sementara Kaisar Qianlong memperluas wilayah Dinasti Qing melalui kampanye militer yang sukses.

Pemberontakan dan Imperialisme Barat

Kehadiran bangsa Barat pada awal abad ke-18 menghadirkan tantangan bagi Dinasti Qing. Pemberontakan Taiping dan Perang Candu adalah beberapa peristiwa signifikan yang menggoyahkan kekuasaan Dinasti Qing.

Reformasi dan Kehancuran Dinasti Qing

Pada akhir abad ke-19, Dinasti Qing mengalami kelemahan dan korupsi. Upaya reformasi oleh Kaisar Guangxu pada tahun 1898 dihentikan oleh kudeta yang dipimpin oleh Ibu Suri Cixi. Dinasti Qing terlibat dalam konflik dengan bangsa Barat, dan pada tahun 1911, pemberontakan di Wuchang memicu berakhirnya dinasti tersebut.

Jatuhnya Dinasti Qing

Pada tahun 1912, Kaisar Guangxu dan Ibu Suri Cixi wafat, dan Puyi, keponakan Kaisar Guangxu, menjadi kaisar yang terakhir. Namun, pemberontakan dan pendirian Republik Tiongkok mengakhiri Dinasti Qing pada 13 Februari 1912.

Wilayah Dinasti Qing

Dinasti Qing mencapai luas wilayah 12 juta kilometer persegi pada puncak kejayaannya. Pada abad ke-17, terjadi perundingan perbatasan dengan Ketsaran Rusia yang menghasilkan Perjanjian Nibuchu pada tahun 1689.

Sosial Budaya dan Agama

Dinasti Qing mewarisi kebudayaan unik masyarakat Manchu, termasuk gaya rambut khas mereka. Mereka juga mengadopsi seni bangunan yang beragam, menciptakan bangunan yang mencerminkan penggabungan antara seni bina Tiongkok dan gaya Barat.

Kontribusi dan Akhir Dinasti Qing

Meskipun Dinasti Qing mencapai masa keemasan pada pemerintahan Kaisar Kangxi, Yongzheng, dan Qianlong, korupsi dan konflik dengan bangsa Barat menyebabkan kehancuran dinasti tersebut. Pada tahun 1912, Dinasti Qing berakhir, dan Tiongkok beralih ke era Republik.

Lokasi Kerajaan Saat Ini

Saat ini, bekas wilayah Dinasti Qing terdiri dari sebagian besar wilayah Tiongkok modern, dengan Beijing sebagai bekas ibu kota dinasti tersebut.

Artikel ini memberikan gambaran komprehensif tentang sejarah Dinasti Qing, dari pembentukannya hingga jatuhnya, mencakup peristiwa-peristiwa kunci, pemimpin-pemimpin utama, dan dampaknya terhadap Tiongkok modern.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel